Penulisan buku ini diperkuat melalui dialog panjang bersama akademisi, jurnalis, dan rekan sejawat. Diskusi tersebut memperkaya narasi dalam menggambarkan realitas sosial melalui puisi.
Meminjam lensa Jeffrey Winters, maka karya ini adalah peta simbolik dari oligarki material. Oligarki tidak hadir sebagai sosok otoriter, melainkan sebagai sistem yang halus dan terstruktur.
Dodo juga mengatakan bahwa, puisi tidak berhenti pada kritik, tetapi menyisipkan bentuk pertentangan melalui pendekatan metaforik: seperti pertanyaan seorang anak kepada ibu tentang demokrasi yang di metaforkan panci kosong. peta dan stempel yang saling bertatap mata pada sebuah meja kekuasaan, terkesan jenaka namun satir.
Melalui Mentang-Mentang Oligarki, Dodo berharap akan lahir penulis-penulis baru yang berani bersuara