Perubahan zaman makin cepat ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi pada zaman
modern ini telah membawa manusia ke dalam dua sisi, yaitu bisa memberi nilai positif tapi
pada sisi lain dapat memberi nilai negatif.
Maka dari itu seorang sufi di abad modern saat ini dituntut untuk bekerja secara giat dengan diniati karena Allah SWT, hal ini memberi isyarat bahwa ajaran tasawuf juga perlu terus diajarkan sesuai dengan kebutuhan zaman.
Hamka menjelaskan bahwa tasawuf modern adalah penerapan dari sifat: qanaah, ikhlas, siap fakir tetapi juga semangat dalam bekerja. Hamka memberi panduan dalam beretika atau sikap
sebagai seorang sufi berdasarkan latar belakang tiap orang.
Jika seorang muslim dapat mengaplikasikan tasawuf dalam kehidupan sehari-hari maka, Ia bisa disebut sebagai seorang sufi di abad modern.
Cara Menanggulangi Bullying dengan Psikologi Tasawuf
Pendekatan tasawuf terhadap bullying bisa memberikan pemahaman mendalam tentang sifat manusia dan hubungannya dengan Tuhan serta sesama.
Dalam konteks ini, bullying dipandang sebagai bentuk ketidakseimbangan spiritual dan kegagalan dalam memahami esensi kemanusiaan.
Dalam tasawuf, ada penekanan kuat pada nilai-nilai seperti kasih sayang, empati, dan penghargaan terhadap semua makhluk. Bullying dianggap sebagai tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ini.
Para sufi mendorong untuk mengatasi ego dan nafsu negatif yang mungkin menjadi penyebab perilaku bullying.
Mereka menekankan pentingnya introspeksi dan transformasi diri untuk mencapai kedamaian batin dan harmoni dengan sesama.
Dalam konteks tasawuf, bullying bisa dilihat sebagai manifestasi ketidakseimbangan spiritual seseorang, di mana individu tidak mampu menghargai keberadaan dan martabat sesama manusia dengan tepat.
Mereka mungkin terperangkap dalam ego dan kecenderungan negatif lainnya, sehingga mengarah pada perilaku yang merugikan.
Pendekatan tasawuf juga mengajarkan pentingnya menyadari hubungan antara manusia dan Tuhan serta hubungan antara manusia dengan sesama manusia.
Berdasarkan penjelasan diatas bisa kita simpulkan bahwa dengan memahami esensi cinta, pengampunan, dan kasih sayang, seseorang dapat menemukan cara untuk mengatasi bullying dengan memperkuat hubungan positif dengan sesama manusia dan memperdalam hubungan spiritual dengan Tuhan.
Ini dapat pemahaman mendalam tentang pentingnya menghormati, memahami, dan mendukung satu sama lain sebagai bagian dari perjalanan spiritual dan kemanusiaan.
)*. Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas HAMKA